Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Hot, Cerita Mesum
- mungkin itu judul yang lebih tepat, tapi berhubung bukan itu
sebenarnya yang dibahas dalam postingan saya kali ini. Sebenarnya cerita
ini sendiri saya cuplik dari sebuah website curhat yang tanpa sengaja
masuk ke postingan yang berjudul Aku Memang Tak Suci Tapi Aku Bukan
Pelacur. Karena judulnya terlalu vulgar dan juga tidak etis, maka saya
ubah judulnya menjadi seperti ini
Wanita Yang Ternoda biar lebih memaknai isinya.
Cerita ini adalah buah curahan hati (red: curhat) seorang cewek yang
sedang menjalin hubungan terlarang dengan seorang om-om yang sudah
beristri. Baiklah, mungkin Anda sudah tidak sabaran lagi ingin
membacanya. Tapi saya sarankan sebaiknya Anda menyiapkan secangkir kopi
hangat untuk menemani saat membaca, because ceritanya cukup panjang
hehehehe :D
Ini dia isi curhatan cewek tersebut:
Ilustrasi
Namaku El usiaku saat ini 28 tahun dan masih single. Setelah tamat SMP
aku pergi ke kota karena desa kelahiranku sulit untuk menggapai impian,
aku pergi ke kota S dan bekerja di toko roti untuk membiayai sekolahku
hingga tamat SMA, setelah tamat SMA aku bekerja di swalayan dan malam
harinya aku kuliah hingga lulus D3, setelah lulus D3 aku mendapat
pekerjaan di perusahaan bonafit di kota S, aku mempunyai hoby bermain
billyard dan di tempat bermain billyard aku berkenalan dengan pria
berusia 36 tahun dan aku 20 tahun (pada saat itu).
Setelah perkenalan itu semakin hari aku semakin dekat, aku merasa begitu
nyaman berada di dekatnya, dia begitu hangat, penuh perhatian, humoris
dan ahh gagah…. setiap hari kami bertemu dan menghabiskan waktu bersama,
sampai akhirnya aku tau bahwa dia sudah beristri, aku memintanya untuk
meninggalkan aku karena aku tidak mau menganggu kehidupannya, tetapi dia
tidak pernah mau, lalu aku memilih meninggalkannya, aku pergi ke kota
B, dan selama dikota B aku tetap memantau perkembangannya melalui
teman-temanku dikota S, namun aku tak tahan merindukannya dan akhirnya
aku kembali ke kota S, dan menjalani kembali hubungan kami.
Kami semakin dekat, satu minggu setelah aku kembali ke kota S, dia
mengajakku berlibur dan menginap di villa, dan di villa itulah dia
merenggut mahkotaku, aku semakin tak dapat melepaskan diri, walaupun dia
tidak pernah menjanjikan aku apa-apa tapi aku selalu rela mengikuti
ajakannya untuk mengulangi “kenikmatan” itu, aku melakukannya dengan
sukarela, dialah cinta pertamaku.
Setiap ada kesempatan, kami selalu mengulanginya, kadang kami janjian
bertemu di hotel atau kadang dia sengaja datang ke tempatku.
Aku menikmati kebersamaanku dengannya tetapi dari lubuk hati yang dalam,
aku selalu merasa bersalah karena dia adalah suami orang, aku sering
memintanya agar dia mieninggalkan aku dan kembali kepada keluarganya,
walaupun saat menjalin hubungan denganku dia tetap memprioritaskan
keluarganya. Kedengarannya memang ironis, seharusnya aku mempertahankan
dia atau malah menuntutnya agar menikahi aku karena dia telah merenggut
kehormatanku, tetapi aku tidak melakukan hal itu, karena aku tulus
mencintainya dan aku tidak berharap apapun darinya kecuali berharap agar
dia selalu bahagia, mungkin itulah yang membedakan antara
sungguh-sungguh cinta dan hanya sekedar keinginan untuk memiliki.
Dua tahun hubungan itu berjalan, dan naluriku mengatakan bahwa aku harus
meninggalkan dia, walaupun kehadiranku dalam kehidupannya tidak membuat
keretakan dalam rumah tangganya, tetapi aku selalu dihantui rasa
bersalah. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya, sebelum aku
pergi aku mengatakan padanya agar dia kembali ke istrinya, yah hanya
untuk istrinya. Jangan pernah mencari tempat persinggahan lain setelah
aku pergi, cukup aku saja yang pernah “mengganggumu” kira-kira seperti
itulah pesan terakhirku padanya. Dan akupun pergi meninggalkannya, aku
tahu dia sedih, dia pedih, dia rindu sama sepertiku. Walaupun sebenarnya
akulah yang paling pedih. Tetapi perpisahan itu hanya berlangsung dua
bulan, dia kembali berhasil menemukan aku, dan akupun masih terlalu
rapuh tak sanggup menolak kehadirannya kembali.
Dia berhasil membawaku kembali kedalam kehidupannya, dan kami saling merasa ketergantungan khususnya untuk urusan seks.
Tiga bulan berlalu, diam-diam aku mengirimkan lamaran pekerjaan ke salah
satu perusahaan di Jakarta dan aku diterima, tapi aku tidak pernah
menceritakan hal ini kepadanya, aku tahu jika aku sampaikan kabar ini,
dia pasti tidak akan menyetujuinya, dalam hatiku aku bertekad sekuat
tenaga untuk mengakhiri hubungan terlarang itu, walaupun aku telah
kehilangan segalanya dan aku sangat mencintainya.
Malam minggu itu kubuat sedemikian istimewa, aku membooking sebuah kamar
hotel dan aku menunggunya disana, kali ini aku yang mengajaknya, dia
sangat bahagia malam itu, pulang kantor dia langsung menemuiku di hotel,
di kamar itu dia memelukku penuh kerinduan dan aku membalasnya dengan
sepenuh hati, rasanya kami tak mungkin sanggup terpisahkan, tapi
bagaimana dengan isterinya?
Malam itu kami bercinta.. Semua terasa begitu indah, sepanjang malam dia
memelukku, dia terlelap dengan senyum kepuasan, ada pancaran bahagia di
wajahnya, aku tahu itu dan akupun merasakannya. Saat pagi tiba, dia
bergegas mandi dan bersiap ke kantor, tak lupa kamipun mengulangi sekali
lagi, saat itulah dia menjanjikan pernikahan padaku tapi aku hanya
diam, dia mencium keningku dan pamit ke kantor tanpa curiga sedikitpun.
Setelah dia berangkat ke kantor, akupun bersiap pulang ke tempat kostku
untuk mengambil koper yang telah aku siapkan sebelumnya, dan aku
berangkat ke Jakarta tanpa memberitahunya, semua nomor Hp aku ganti,
itulah awal hidup baruku sekaligus kehancuranku, aku tak sanggup
membayangkan bagaimana dia begitu cemas mencariku.
Satu minggu kemudian, aku menghubunginya, kudengar isak tangisnya
diujung telepon, aku sampaikan semua apa adanya bahwa aku ingin
mengakhiri hubungan terlarang itu, dan akupun menyampaikan bahwa aku
sudah di Jakarta, dia memaksaku memberikan alamat dan nomor teleponku,
tapi sekuat tenaga aku menolaknya. Aku hanya menyampaikan bahwa dia
harus kembali ke isterinya, dan aku memintanya berjanji agar tidak akan
pernah ada WIL lagi dalam kehidupannya. Cukup aku saja!
Waktupun berlalu, tak ada lagi pelukan hangat, tak ada lagi sentuhan
bibir manisnya, aku benar-benar telah kehilangan dia, hatiku perih
menahan kerinduan yang teramat dalam, walaupun aku tak pernah lagi
bicara apalagi bertemu, tetapi aku masih memantau kehidupannya, aku
mendengar kabar bahwa dia sudah tinggal satu rumah dengan gadis bar,
akupun bertekad untuk menyelidikinya, aku berkunjung ke kota S tanpa
sepengetahuan dia, dan aku berkenalan dengan sahabat kekasihku di bar
tempat gadis itu bekerja, aku menceritakan semuanya kepada sahabatnya
itu dan untungnya dia mau membantuku, gadis bar itu tidak lebih cantik
dariku, dan rupanya sahabatnya itu kenal dekat dengan gadis itu tetapi
sahabat pacarku tidak menyukai perilaku gadis itu.
Aku berusaha mencari tau nomor telepon istri kekasihku, dan aku
berhasil, aku menghubungi kekasihku aku sampaikan bahwa aku sedang di
kota S, dia senang bercampur kaget, dia mengajakku bertemu, kami bertemu
di restoran yang dulu menjadi favorit kami, lalu aku tanyakan mengenai
gadis bar itu, dia menjawab bahwa apa yang dia lakukan karena untuk
melampiaskan kekecewaannya terhadapku, dan aku mengungkit janji kami
dulu, janji bahwa dia akan kembali kepada istrinya dan menghargai
pengorbananku demi keutuhan rumah tangganya. Dia mengatakan bahwa kami
akan tetap berhubungan seperti dulu dan dia meminta waktu untuk
menyelesaikan urusannya dengan gadis bar itu, tapi aku sudah terlanjur
kecewa, aku mengatakan “Tidak! Kita harus tetap berakhir, aku berlari
meninggalkan dia yang masih termanggu di sudut ruangan restoran itu, aku
buru-buru pergi karena kalo tidak segera berdiri dan berlari aku pasti
akan histeris disana. Itulah untuk terakhir kalinya kami bertemu.
Dua minggu setelah pertemuan di restoran itu, aku dan sahabat pacarku
(red: mantan pacarku) memantau rumah gadis bar itu, kami memarkir mobil
tidak jauh dari rumah itu dan begitu melihat mantanku masuk ke rumah
itu, aku segera menghubungi istrinya, 15 menit kemudian istrinya datang
dan terjadilah tragedi yang aku yakin tak mungkin bisa dia lupakan untuk
seumur hidupnya, begitu juga dengan istrinya, luka hatinya tidak akan
terobati sepanjang sisa hidupnya, setidaknya dia akan terus mengingat
peristiwa itu, dia mendapati suaminya sedang berhubungan badan dengan
gadis bar itu. Impas! Yah jika diukur untuk ukuran balas dendam mungkin
itu sudah cukup impas, tapi semua belum selesai sampai di situ, karena
perasaanku yang tak mungkin aku pungkiri, aku tetap mencintainya.
Aku mendengar kabar rumah tangganya baik-baik saja, karena pada akhirnya
dia kembali kepada istrinya. Aku kembali ke Jakarta dan melanjutkan
hidupku, berusaha menyatukan hati dan hidupku yang telah hancur lebur.
Sejak itu aku menjadi perokok berat.
Aku berusaha menghapus bayangannya, terutama pada malam-malam menjelang
aku tidur, tapi aku selalu gagal, dan tragisnya aku tak dapat menahan
gejolak birahi yang timbul di setiap kali aku mengingatnya. Hal itu
berlangsung setiap saat dalam jangka waktu yang sangat lama.
Untuk mengalihkan semua pikiranku tentang dia, aku sering mendatangi
tempat hiburan malam, sampai akhirnya waktu mempertemukan aku dengan
pria paruh baya yang ternyata adalah seorang pejabat daerah. Sejak itu
kami sering bertemu untuk sekedar makan siang atau minum kopi, tapi
lama-lama kami sering melakukan pertemuan di hotel, dan akupun bercinta
dengan pejabat itu, aku mendapatkan pelampiasan hasratku, walaupun aku
melakukannya tanpa melibatkan perasaan, tetapi aku sangat menikmatinya,
pria itu memintaku menjadi istri keduanya, tapi aku tak pernah iyakan
itu, jujur hatiku hanya untuk kekasihku yang dulu. Hanya berlangsung dua
bulan akupun meninggalkan pejabat itu, menghilang dan tak pernah
menemuinya lagi.
Aku tak pernah berniat untuk menjadi petualang cinta, tapi kenangan
bersama kekasihku membuat aku membutuhkan pelampiasan, setelah kisahku
dengan pejabat itu usai, aku berkenalan lagi dengan pria yang hidupnya
tidak pernah menetap di satu tempat, karena tuntutan pekerjaannya, dia
adalah seorang Insinyur perminyakan, dia tampan, pintar, gagah dan ehm..
memuaskan. Sebenarnya saat pertama bertemu dia, aku ingin dia menjadi
yang terakhir, aku berharap dia bisa mengobati luka hatiku, tapi
ternyata diapun hanya singgah dalam hidupku.
Tiga kali pertemuan dia sudah berhasil membawaku ke tempat tidur, akupun
menikmatinya ada sedikit perasaan yang terlibat di sana tapi hanya
sedikit, selebihnya adalah birahi yang selalu bergejolak, dia terlalu
memuaskan untuk aku tinggalkan, maka dari itu aku menerima ajakannya
untuk tinggal satu rumah, selama tiga bulan aku tinggal satu rumah
dengannya, dan aku bisa melampiaskan hasratku kapan saja. Saat masa
tugasnya di Jakarta telah selesai, kami pun berpisah, dan semua selesai
sampai di situ.
Aku tidak pernah lagi mendengar kabar tentang kekasihku, aku tidak pernah lagi menghubungi teman-temanku dikota S.
Pekerjaan membuatku harus bertemu banyak orang, salah satunya adalah Y,
pengusaha, pria matang umur 40 dan sedang menjalani proses perceraian
dengan istrinya, kami bertemu dalam posisi yang sama-sama “butuh”, aku
butuh pelampiasan dan dia butuh tempat bersandar dalam kegalauannya
menghadapi perceraian, kami sering bertemu dan entah siapa yang memulai
lebih dulu, tahu-tahu kami sudah meloncat ke atas ranjang, sejak itu
kami semakin sering bertemu dan semakin sering mengulanginya.
Ilustrasi (maaf agak sedikit vulgar)
Sekian tahun aku tak pernah datang kembali ke kota S, tapi pada liburan
kali ini aku ingin pergi ke kota S, tujuanku bukan untuk menemui
teman-temanku ataupun mantan kekasihku, aku hanya ingin berkunjung ke
sana. Itu saja.
Dua malam aku menginap di hotel seorang diri, di hotel tempat aku dulu
pernah tidur dengan kekasihku, tapi entah mengapa perasaanku sudah
datar, aku tidak tau apakah aku sudah benar-benar mampu melupakannya.
Dikota S, aku mengunjungi tempat hiburan malam, disana aku bertemu
dengan R, kenalan lamaku seorang pelaut. Inilah pria single beda agama
dan aku tidak mencintainya.
R berkantor di Jakarta, walaupun dia tidak menetap di Jakarta, dari kota
S kami kembali ke Jakarta bersama, dan kami pun menjadi lebih sering
bertemu, kami sering menginap di hotel dan diapun sering menginap di
tempat kostku, begitu mudahnya aku berpindah dari pelukan Y kepelukan R,
hubungan kami berjalan cukup lama, setiap dia kembali dari berlayar,
dia selalu kembali ke tempatku, aku menerima kehadirannya dan aku juga
menikmatinya. Suatu hari dia kembali dari berlayar, selama satu bulan
dia di darat dan tinggal di tempat kostku, hampir setiap hari kami
bercinta, satu bulan kemudian dia kembali berangkat berlayar dia bilang
hanya tiga bulan dan dia akan segera kembali, setelah kepergiannya aku
tiba-tiba sakit dan terpaksa aku pergi ke dokter seorang diri.
Alangkah terkejutnya dari hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa aku
hamil dan sudah hampir 2 bulan. Lunglai, aku hanya bisa menangis,
mungkin sebagian orang akan mengatakan bahwa “Petualang sudah kena
batunya”
Aku menghubungi R tapi aku tidak menceritakan bahwa aku hamil, aku hanya
menanyakan kapan dia akan kembali tapi dia tidak pernah memberikan
kepastian kapan akan kembali, dia mengatakan bahwa posisinya dia saat
itu berada di perbatasan antara Batam dan Malaysia, setiap hari aku
berusaha menghubunginya, aku tidak berani mengambil keputusan apapun,
aku menunggu janjinya bahwa dia akan datang, satu bulan berlalu dari
penantian itu, aku semakin gelisah, hpnya sudah tidak bisa dihubungi,
pada detik-detik terakhir kepasrahanku tiba-tiba dia menghubungiku dan
aku menyampaikan keadaanku, aku semakin hancur saat dia bilang tidak
akan pernah kembali dan meninggalkan aku dalam keadaan hamil.
Kandunganku saat itu sudah memasuki usia 3 bulan.
Aku tidak punya pilihan lain, aku tidak mungkin membiarkan anak itu
lahir tanpa ayah, aku terpaksa menggugurkannya walaupun sejujurnya demi
Tuhan aku tak ingin melakukan itu, aku sudah menunggu R hingga 3 bulan
namun kenyataannya dia tidak pernah kembali dan aku tidak sanggup
menanggung semuanya seorang diri.
Peristiwa itu membuat aku tersadar, dulu aku berusaha menyelamatkan
kehidupan dan rumah tangga kekasihku, tetapi aku merusak hidupku
sendiri.
Kini… aku sendiri tak ada keinginan untuk dekat dengan laki-laki.
Peristiwa itu sudah berlalu 3 tahun tapi aku seakan masih merasakan
nyeri ketika alat itu mengoyak kemaluanku dan mengeruk gumpalan daging
calon bayiku. Nyeri dan perih di hati.
Tuhan… aku sangat kotor, masihkah ada ampun untukku? Aku memang tak suci
tapi aku bukan pelacur. Aku percaya sebesar apapun dosaku, ampunan dan
kasih sayangMU jauh lebih besar.
Aku percaya, setiap makhluk Tuhan diciptakan berpasang-pasangan, jika
Tuhan menghendaki aku memiliki pasangan, dia pasti akan mengirimkan
pasangan terbaik dari sisi-Nya dan pastinya bersedia menerima aku apa
adanya. Amin
“Masa lalu adalah kenangan, kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan semua
itu. Masa depan adalah harapan, itu di luar kemampuan kita untuk
mengontrolnya. Dan hari ini.. hari ini adalah hadiah untuk kita syukuri
dan nikmati, maka dari itu kita menyebutnya hadiah”